Paul Grigson : Islam Memiliki Tempat di Australia

Paul Grigson : Islam Memiliki Tempat di Australia

[caption id="attachment_10124" align="alignleft" width="226"]Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson. Sumber foto www.smh.com.au[/caption]

Rg. Teater Aqib Suminto, BERITA UIN Online— Islam dan masyarakat Muslim memiliki tempat yang sama untuk hidup dan berkembang di daratan Australia. Pola komunikasi multikultural memungkinkan mereka untuk mengekspresikan iman dan kebudayaannya. Sementara, resistensi yang muncul atas kelompok Muslim tidak mewakili sikap warga negara dan pemerintahan Australia secara keseluruhan.

Demikian diungkapkan Paul Grigson, Duta Besar Australia untuk Indonesia, saat menyampaikan kuliah umumnya di Rg. Teater Aqib Suminto FIDKOM, Kamis (17/03). “Islam dan masyarakat muslim tumbuh berkembang di Australia. Setengah juta penduduk beragama Islam bebas mengekspresikan iman mereka di sana,” paparnya.

Merujuk Sensus Penduduk Australia 2011 lalu, 476.291 orang penduduk Australia mengaku beragama Islam (2.2%). Islam menjadi agama terbesar ketiga yang dianut penduduk Australia setelah Kristen (61.1%) dan Budha (2.5%). Dengan tingkat kelahiran yang tinggi dan terus berlangsungnya imigrasi dari Timur Tengah, populasi Islam dipercaya terus bertambah.

“Di luar ke-Kristenan, agama Islam dan Budha saling berkompetisi dalam hal pertambahan jumlah pengikutnya,” jelasnya lagi.

Keberadaan Islam di Australia sendiri, lanjut pria yang ditunjuk menjadi Dubes Australia ke Indonesia pada Januari 2015 lalu ini, menjadi bukti atas sisi lain kedekatan Australia dan Indonesia. Sebab penelitian sejarah mencatatat, agama Islam untuk pertama kali tersebar di kawasan ini salahsatunya karena peran para nelayan pencari Teripang asal Makasar, Sulawesi Selatan yang datang ke beberapa pantai Australia sekitar tahun 1800-an.

Persebaran Islam di kawasan ini makin menyebar seiring kedatangan para penunggang unta asal Afganistan ke Australia. Ini dibuktikan dengan berdirinya Mesjid paling pertama dibangun di Australia pada 1861 di kawasan Maree, Australia Selatan. Selanjutnya dibangun mesjid agung di kawasan Adelaide tahun 1888.

Menyinggung kasus-kasus Islamopobia dengan hadirnya resistensi terhadap kelompok masyarakat Muslim di negara ini, sambungnya, seluruhnya tidak mencerminkan sikap keseluruhan masyarakat dan pemerintahan Australia. Justru sebaliknya, sikap keseluruhan masyarakat dan pemerintahan Australia sangat terbuka lebar atas kehadiran Islam dan masyarakat Muslim. “Islamophobia tidak mencerminkan pandangan umum Australia,” tandasnya. (zm)