Negara Muslim Bertanggung Jawab Sebarluarkan Bahasa Arab

Negara Muslim Bertanggung Jawab Sebarluarkan Bahasa Arab

Auditorium Prof Dr Harun Nasution, BERITA UIN Online---Pemerintah negara-negara muslim harus ikut serta menumbuhkembangkan bahasa Arab. Hal tersebut penting, karena negara punya kekuatan untuk menyebarluaskan penggunaan bahasa Arab oleh warganya.

"Negara punya  tanggung jawab dalam membangkitkan bahasa Arab, baik secara politis maupun materiil, untuk disebarluarkan ke seluruh penjuru dunia," ujar Ibrahim Ahmad Faris Muhammad membacakan 16 poin hasil Seminar Internasional Bahasa Arab bertajuk " Masa Depan Bahasa Arab: Antara Optimisme dan Pesemisme" di Auditorium Prof Dr Harun Nasution, Rabu (11/7).

Untuk mengembangkan peranan bahasa Arab ini, lanjut peserta asal Internarnational Islamic University (IIU) Malaysia ini, perlu memanfaatkan teknologi informasi sebagari sarana pengembangan bahasa Arab pada pengajaran, baik untuk para penutur bahasa Arab maupun yang bukan.

Seperti diketahui, sambung dia, meskipun mayoritas umat Islam menggunakan bahasa Arab sebagai sarana komunikasi, namun mereka lebih senang menggunakan bahasa lokal (lughah 'ammiyah). Agar bahasa Arab lebih mudah diterima dan dipelajari oleh semua orang maka, bahasa Arab yang resmilah (fusha) yang harus diajarkan dan dikembangkan.

"Perlu memperkaya dengan referensi-referensi bahasa Arab klasik sebagai sarana menghidupkan kembali khaazanah  intelektual Islam, khususnya terkait dengan  penulisan kalimat-kalimat Alqur'an di negara-negara muslim,"imbuh laki-laki kelahiran Mesir ini.

Pada termin diskusi selama dua hari, Selasa-Rabu  (10-11/7), sejumlah pemakalah mengungkapkan, ada perbedaan dalam penggunaan tanda baca dalam bahasa Arab oleh orang Indonesia dengan sebagian di dunia Arab.

"Misalnya ketika menulis istilah  ta'ajub (ungkapan kekaguman), orang Arab menuliskannya diakhiri dengan tanda titik. Sedangkan orang Indonesia mengakhirinya dengan tanda seru,"kata Zakiyah Arifah, pengajar bahasa Arab UIN Malang yang menyampaikan makalah berjudul "Musykilat Nizham al-Kitabah al-'Arabiyah wa inkasiha fi Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyah."

Hal yang sama diakui pemakalah dari Universitas Hasan II Maroko Muhammad Abdul Karim Failani. Menurutnya, bagi pemula memang ada kesulitan mmebaca tulisan Arab yang tanpa harakat itu, karena dengan huruf yang sama. Misalnya, kata 'a-l-m. "Kata ini bisa dibaca ilm, 'alima, 'ulima, dan sebagainya,"katanya.

Seminar yang dihadiri lebih dari 100 pemakalah dari luar negeri itu ditutup oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof Dr Moh Matsna HS. tepat pukul 21.15 WIB. (D. Antariksa/Sdn)