Milad 59 Tahun: Pesan Perdamaian UIN Jakarta untuk Dunia

Milad 59 Tahun: Pesan Perdamaian UIN Jakarta untuk Dunia

Rektor Lepas BurungJakarta, BERITA UIN Online-- Masyarakat dari berbagai bangsa dan latar belakang berbeda-beda harus berjuang keras bersama-sama membangun kehidupan kemanusiaan yang damai dan harmonis. Pelanggaran dan kekerasan dalam berbagai bentuknya, mulai dari diskriminasi, pelecehan, penyerobotan hak-hak individu dan kelompok, hingga peperangan yang menistakan kehidupan umat manusia harus dihentikan. Perdamaian dan penghindaran atas pelanggaran dan kekerasan bisa dimulai dari diri pribadi masing-masing.

Demikian pesan yang disampaikan pimpinansivitas akademi UIN Jakarta dalam Kirab Manggala 2016: Milad 59 Tahun UIN Jakarta di Jakarta, Minggu (29/05).

Memperingati hari jadi ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-59 tahun, Rektor Prof Dr Dede Rosyada MA, pimpinan rektorat, dan sivitas akademi UIN Jakarta melaksanakan aksi damai bertajuk “Pesan Perdamaian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Dunia.” Kegiatan ini dilakukan dengan aksi jalan santai pimpinan bersama sivitas UIN Jakarta menempuh rute Lapangan Monumen Nasional (Monas)-Sarinah-Lapangan Monas.

Turut hadir dalam aksi tersebut, Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) H Imam Nahrowi Sag. Selain memberikan sambutan kegiatan dan melepas Kirab Manggala 2016, Nahrowi pada kegiatan tersebut menandatangani Prasasti Perdamaian dan Pelepasan Burung Merpati bersama Rektor. Prasasti Perdamaian dan Pelepasan Burung Merpati menjadi bukti atas komitmen UIN Jakarta-Menpora sekaligus pesan bagi masyarakat luas untuk turut menciptakan perdamaian dunia.

Dalam sambutannya, Dede mengungkapkan, berbagai temuan di bidang sains dan teknologi telah memungkinkan umat manusia mencapai taraf hidup lebih baik dibanding masa-masa sebelumnya, baik pada aspek ekonomi, sosial, politik, dan keamanan. Dengan teknologi yang terus berkembang, misalnya, umat manusia bisa menjangkau berbagai wilayah geografis yang jauh hanya dalam beberapa saat. Dengan teknologi, manusia juga bisa mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang kaya bagi kesejahteraan hidupnya.

“Sayangnya, kemajuan tersebut seringkali tidak berbanding lurus dengan penghormatan atas nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Kemajuan teknologi justru menggerus nilai-nilai luhur kemanusiaan. Umat manusia kini justru makin jauh terlibat dalam konflik, peperangan, dan pembunuhan demi mengejar kepentingan politik-kekuasan hingga keuntungan ekonomis,” ujarnya.

Di tataran global, Dede mencontohkan, konflik-peperangan dan pembunuhan terus berlangsung di negara-negara Timur Tengah sejak satu dekade terakhir. Selain menggulingkan sejumlah pemerintahan, konflik-peperangan di kawasan ini telah menyebabkan ribuan-jutaan masyarakat terbunuh atau mengungsi sebagai pelarian ke berbagai kawasan lain. Tidak hanya itu, konflik, peperangan, dan pembunuhan juga telah menyebabkan hak hidup masyarakat (terutama anak-anak) terampas akibat ketidakpastian situasi sosial-politik-ekonomi.

“Mereka juga dipastikan tumbuh dalam bayang-bayang traumatik akibat kekerasan dan peperangan,” katanya.

Di tanah air, Dede mengingatkan, warga dan lembaga pemerintahan juga harus seirama dalam mengatasi berbagai persoalan yang menistakan martabat kemanusiaan dan masih berkembang luas di tengah-tengah masyarakat.

Contohnya, kata Dede, masih banyak masyarakat yang larut dalam konflik segelintir elit politik yang menginginkan kursi kekuasaan politik dan pemerintahan.

“Masyarakat terkotak-kotakkan dalam sejumlah pilihan politik, menjelek-jelekan pasangan lain. Ujung-ujungnya saling menyerang diantara para pendukung pasangan politik yang berbeda,” paparnya.

Persoalan lain, sambung Dede, adalah masih tingginya perilaku koruptif di tengah-tengah masyarakat. Di Indonesia, sebutnya, perilaku ini sangat mencolok dengan melibatkan oknum yang bekerja di lembaga pemerintahan yang seharusnya melayani masyarakat secara profesional dan berintegritas.

Laporan Kompas (2 Desember 2015), Komisi Pemberantasan Korupsi sepanjang kurun 2004-2015 telah memenjarakan 23 menteri dan kepala lembaga, 15 gubernur, 49 bupati/wali kota, 87 legislator, serta 120 pejabat eselon I, II, dan III yang terbukti melakukan korupsi. Selain kerugian material dengan hilangnya aset negara, perilaku koruptif menyebabkan kerugian moral dengan tergerusnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan lembaga publik.

Dua persoalan lain adalah masih tingginya peredaran narkoba dan maraknya kejahatan seksual (sexual harrasment). Data Badan Narkotika Nasional (2015) mencatat sekurangnya 4 juta orang di Indonesia tersangkut penyalahgunaan narkoba. Mereka terdiri dari 1,6 juta yang mencoba memakai, 1,4 juta teratur memakai, dan 943 ribu orang yang sudah pada level pecandu narkoba. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengguna narkoba tertinggi di ASEAN dengan jenjang pengguna antara umur 10-59 tahun.

Di sisi lain, angka kejahatan seksual juga cenderung meningkat dengan terus bertambahnya jumlah korban pelaku kejahatan seksual yang menyebabkan trauma, bahkan kematian.

Dalam sambutannya, Nahrowi berharap sivitas UIN Jakarta bisa menjadi aktor terdepan dalam menyuarakan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan bagi terbangunnya kehidupan kemanusiaan yang damai dan harmonis. Dalam hal ini, sivitas UIN Jakarta bisa menjadi aktor yang menyebarluaskan pesan-pesan penghormatan kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat.

“Sebagai Perguruan Tinggi Islam, UIN Jakarta bisa menyuarakan penghormatan kemanusiaan dari sudut pandang Islam yang menempatkan manusia dalam posisi mulia,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Milad UIN Jakarta ke-59 Tahun Prof Dr Yusron Razak MA berharap, kegiatan Kirab Manggala bisa menjadi bagian dari penyuaraan pesan-pesan perdamaian bagi kepentingan kehidupan kemanusiaan. Pesan ini penting disampaikan sebagai bagian dari kontribusi UIN Jakarta seiring usianya yang menginjak ke-59 tahun.

“Jauh dari kesan seremonial, kita berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan semangat dan kesadaran kita untuk membangun perdamaian dengan dimulai dari pribadi kita masing-masing, untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sosial lebih luas,” paparnya. []