Menyewa Kebaya Demi Wisuda

Menyewa Kebaya Demi Wisuda

Reporter: Adjri Septiani

Subuh belum juga tiba, jarum jam baru menunjukkan pukul 03.00 dini hari, namun seorang perempuan muda di Bekasi, Jawa Barat, sudah sibuk berdandan di depan cermin. Dibantu seorang penata rias dari salon kecantikan, Anah Nurhasana, demikian nama perempuan itu, memoles wajahnya dengan bedak didasari foundation warna krem kekuningan. Wajahnya dipercantik dengan olesan blush on dan eyes shadow di kelopak matanya. Tak lupa ia memoles bibir dengan lipstiknya.

Sejurus kemudian Anah, begitu sapaan akrabnya, mengenakan kebaya cantik berpayet dilengkapi kain songket yang disewanya di sebuah salon kecantikan. Rona kecantikannya kian terpancar setelah kepalanya dibalut dengan jilbab apik berhiaskan bunga-bunga, menambah anggun kebaya yang telah ia kenakan.

“Semua ini saya lakukan demi tampil beda di hari Wisuda yang telah ditunggu tunggu selama bertahun-tahun,” tutur wisudawati dari Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) itu saat ditemui BERITA UIN Online di sela-sela acara Wisuda Sarja ke-84, Sabtu 23 Juli 2011 lalu.

Tak sabar memboyong gelar sarjananya, selepas salat Subuh berjamaah, Anah didampingi orang tua dan keluarganya berangkat dari rumahnya di bilangan Bekasi menuju kampus tempat ia menuntut ilmu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sesampainya di kampus, Anah pun berbaur dengan lebih teman-teman wisudawan lainnya yang berjumlah 1.018 orang. Seperti Anah, mereka juga rela berdandan demi mengikuti prosesi Wisuda yang sangat bersejarah dalam hidup mereka itu. Wajah mereka mereka tampak berseri-seri.

Dengan sabar para pemuda pemudi harapan bangsa itu menunggu giliran masuk ke Auditorium Utama Prof Dr Harun Nasution, tempat mereka akan dinobatkan sebagai sarjana.  Tak hanya wisudawan yang tak sabar, orang tua dan sanak saudara yang mengantar pun tak kalah sibuknya.

Peserta wisuda yang duduk berdasarkan fakultasnya, menjadi pemandangan yang indah ketika dilihat dari balkon karena warna toga yang mereka kenakan berbeda antar fakultas masing-masing. Suasana riuh rendah pun terdengar di Auditorium sesaat sebelum acara dimulai.

Suasana pun kembali tenang saat Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat didampingi para dekan fakultas dan segenap pimpinan UIN Jakarta telah memasuki Auditorium dan siap menobatkan anak didik yang mereka banggakan menjadi sarjana. Saat Rektor menyebutkan peserta wisuda yang mendapat nilai terbaik, suasana semakin hangat. Sesekali para hadirin tertawa ketika Rektor membaca profil mereka. “Ane anak betawi nich,” ucap Rektor menirukan testimoni salah satu Wisudawan yang tertulis di Jurnal Wisuda. Hadirin pun sontak ikut tertawa.

Sementara itu, di luar gedung Auditorium, kemeriahan dan keceriaan juga tampak menghiasi ribuan tamu yang hadir di kampus UIN Jakarta. Anak-anak kecil yang turut mengantar sanak saudaranya yang diwisuda berlarian di taman Rektorat. Mereka ikut gembira.

Ramainya kampus dengan anak-anak kecil ini menarik para pedagang mainan untuk menjajakan dagangannya. Seketika halaman Gedung Rektorat menjadi pasar mainan dadakan. Tidak hanya pedagang mainan yang ingin meraup rejeki, pedagang acesoris, minuman, makanan dan tak ketinggalan pedagang bunga juga mendapat rejeki nomplok dari Wisuda kali ini.

“Tok... tok... tok...!” ketokan palu terdengar tiga kali dari sidang senat, pertanda berakhirnya acara Wisuda Sarjana kali ini. Keluarga besar yang ingin melihat sanak saudaranya memakai toga pun telah ramai menunggu. Para sarjana baru itu pun tak mau mengecewakan keluarganya. Mereka saling mencari, wisudawan mencari keluarganya, demikian juga keluarga mencari familinya yang diwisuda.

Haru dan bangga bercampur ketika akhirnya mereka pun saling bertemu. Itulah setidaknya yang dirasakan Abdul Rifai Simatupang, lulusan Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan (FITK). Segera ia pun mengajak orang tua dan keluarga besarnya yang jauh-jauh datang dari Medan untuk berfoto bersama. Selamat berjuang, selamat menyongsong masa depan. []