Media Ancam Prilaku Anak

Media Ancam Prilaku Anak

Reporter: Nina Rahayu
 
Gedung SC, UINJKT Online – Perkembangan multimedia, seperti televisi, game, komputer, dan internet saat ini sudah dianggap mengancam masa depan anak. Sebabnya tak lain karena media memiliki pengaruh besar dalam pembentukan prilaku anak. Karena itu, para orang tua diharapkan dapat berperan dan meluangkan banyak waktu bagi putra-putrinya.

Demikian hal itu dikatakan Psikolog Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati saat menjadi pembicara dalam dialog tentang anak bertema "Pengaruh Global Media Terhadap Prilaku Anak" yang digelar Dharma Wanita Persatuan UIN Jakarta di gedung Student Center, Kamis (26/6).

"Saat ini banyak sekali anak di bawah umur dan remaja yang menjadi sasaran empuk media sebagai obyek pornografi, misalnya game Tarzan yang di dalamnya terdapat adegan telanjang pemain wanitanya," kata Elly Risman. Game ini, lanjutnya, di kalangan anak-anak sudah tak asing lagi karena mudah diakses dan dimainkan dalam bentuk Play Station atau PS.

Selain media game, tambahnya, media lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak adalah televisi yang kerap mempertontonkan adegan percintaan dan pornoaksi. Bahkan, televisi inilah yang dinilainya memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak.

Menurut Elly, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak ingin melihat gambar porno, di antaranya iseng, terbawa teman, takut dibilang "kuper", dan rasa penasaran. Anak-anak ini biasanya memiliki tempat khusus untuk melihat gambar porno, misalnya melalui internet dan VCD/DVD, baik di tempat rental maupun di rumah. Bahkan, yang lebih memprihatinkan lagi, anak-anak juga dapat dengan mudah membeli buku komik pornografi yang berisikan adegan ciuman dan cara-cara bermain seks. "Semua itu dapat dengan mudah dimengerti oleh anak-anak," ujarnya.

Untuk itu, kata Elly, guna mengantisipasi dini para orang tua diharapkan memiliki waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak selain mengontrol kegiatan sehari-harinya. "Tapi akan lebih baik jika orang tua juga tidak 'gaptek' terhadap teknologi komunikasi, sehingga antara orang tua dan dapat saling memahami dan bertukar informasi," tegasnya.