Mata Najwa: Belajar dari KH Ahmad Dahlan Dan KH Hasyim Asyari

Mata Najwa: Belajar dari KH Ahmad Dahlan Dan KH Hasyim Asyari

POSTER A3Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online--Kiprah keislaman dan kebangsaan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyarimenjadiinspirasi utama penyelenggaraan talkshow Metro TV ‘Mata Najwa’ yang akan ditayangkan di Auditorium Utama, Jumat (26/6/2015).

Talkshow bertajuk “Belajar dari KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari,” akan menghadirkan narasumber Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr H M Din Syamsudin MA.

Muhammad Darwis atau lebih dikenal KH Ahmad Dahlan adalah pendiri organisasi Muhammadiyah. Ia mendirikan organisasi ini di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 November 1912 dengan harapan meningkatkan derajat hidup masyarakat Muslim yang saat itu tertinggal pada masa itu. Dengan perjuangannya, Muhammadiyah kini berhasil menjadi organisasi keislaman yang menumbuhkan kesadaran dan perbaikan derajat masyarakat Muslim di Indonesia.

Salah satu keberhasilan Muhammadiyah dalam membangun Islam Indonesia adalah pembangunan sistem pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Tercatat saat ini terdapat lebih dari 10 ribu sekolah Muhammadiyah dari TK sampai SMA, dan 172 perguruan tinggi. Selain itu, Muhammadiyah juga memiliki 500 pusat pelayanan kesehatan, baik rumah sakit, rumah bersalin, maupun balai pengobatan.

Sementara itu, KH Hasyim Asyari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan keislaman. Keterbelakangan ummat-bangsa Indonesia, baik secara mental, ekonomi, dan politik akibat penjajahan maupun kungkungan tradisi menjadi dasar kelahiran organisasi keislaman ini.

Dengan fokus pergerakan ini, NU menjadi salah satu organisasi keislaman terbesar Indonesia yang bergerak membangun kesadaran ummat melalui berbagai lembaga pendidikan non-formal seperti pondok pesantren maupun pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi. Lebih dari itu, NU juga banyak melahirkan para ulama dengan kesadaran politik yang diaplikasikan dalam keanggotaan parlemen, birokrasi, hingga partai politik. (Luthfy R Fikri)