Jenderal Bintang Tiga Narasumberi OPAK

Jenderal Bintang Tiga Narasumberi OPAK

Aula SC, Berita UINOnline–  Dimulai sejak hari ini, mahasiswa baru UIN Jakarta mulai diperkenalkan dengan kampus hijau pembaharu melalui Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK). Diawali dengan pengenalan fakultas, seperti halnya yang dilaksanakan oleh Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta, yang memulai pengenalan fakultas dengan menggelar seminar kebangsaan yang bertema “Peran Mahasiswa Dalam Deradikalisasi”, hari ini Senin, (24/08/15).

Hadir sebagai narasumber Letjen TNI (Purn) Dr Syarifudin TippeMSi,dalam kesempatan ini ia memaparkan tentang bagaimana seharusnya peran mahasiswa bagi bangsa ini.

“Mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu menjadi garda terdepan dalam membela harkat dan martabat bangsa Indonesia. Masuknya paham ISIS dan gerakan radikal adalah ancaman nyata yang harus segera diatasi”, papar mantan Rektor Universitas Pertahanan (UNHAN) ini.

Syarifudin menambahkan, bangsa ini sejak berdiri sudah mendapat ancaman dan tantangan, DI/TII oleh Karto Suwiryo dan gerakan-gerakan radikal lainnya. Namun, berkat kesatuan visi dan misi para pejuang bangsa ini, maka gerakan-gerakan tersebut mampu teratasi, dan diharapkan kedepannya diharapkan mahasiswa mampu meneruskan dalam rangka menjaga kesatuan nusa dan bangsa ini.

“Tiga hal yang harus dilakukan mahasiswa dalam mencegah radikalisme, pertama, back to home (orang tua adalah sebaik-baik guru dan pembimbing), kedua memperkuat wawasan kebangsaan dalam kurikulum pendidikan, terakhir, kita harus ‘melek IT’”, jelas Syarifudin.

Hadir pula dalam seminar tersebut, Wakil Dekan III FAH, Dr Zubair MAg, beliau berpesan, kepada mahasiswa baru untuk selalu memahami agama dengan baik, mereka harus lebih terbuka dan bisa menerima perbedaan sehingga menciptakan perdamaian dan toleransi maka cita-cita Islam yang rahmatan lilalamin akan tercapai dengan baik.

Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Didin Sayidin berharap, kepada mahasiswa baru FAH jangan takut dan enggan untuk berorganisasi, tetapi harus cerdas dalam memilih organisasi, teruji, dan tidak menyalahi norma agama dan negara.

“Jika kita tidak selektif dalam memilih organisasi, dikhawatirkan ideologi radikalisme akan mudah masuk dan mempengaruhi mahasiswa” tandas Didin.(TAM/LRF)