Jelang Peluncuran, Salam World Gandeng UIN Jakarta

Jelang Peluncuran, Salam World Gandeng UIN Jakarta

Reporter: Hamzah Farihin

Jakarta, BERITA UIN Online – Jejaring Sosial Muslim asal Turki, Salam World, menggandeng UIN Jakarta sebagai partner lokal  untuk memperkenalkan jejaring sosial baru ini kepada masyarakat Muslim Indonesia. Peresmian kerja sama antara jejaring sosial yang akan diluncurkan pertengahan tahun depan dengan UIN Jakarta itu, ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Jakarta, Rabu (7/12).

Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor Prof Komarudin Hidayat, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Prof Amsal Bakhtiar, Kepala Pusat Bahasa Muhammad Zuhdi PhD, Direktur International Office Yeni Ratna Yuningsih PhD, dan Kepala Bagian Sistem Informasi Drs Nurul Jamali MSi. Sementara dari pihak Salam World diwakili oleh Kepala Bagian Kerja Sama Salam World Nedim Kaya.

Salam World, merupakan jejaring sosial muslim pertama dengan konten terlengkap dan jaminan halal karena berisi konten yang tidak berbahaya terutama bagi generasi muda. “Salam World adalah jejaring sosial pertama di dunia yang membawa nilai-nilai Islam yang diperuntukkan bagi 1,5 miliar Muslim seluruh dunia,” kata Nedim Kaya.

Menurut Nedim, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat dijadikan referensi untuk memberikan masukan bagi situs Salam World. Melalui UIN Jakarta, yang merupakan kampus Islam terbesar di Indonesia, Nedim berharap masyarakat Muslim Indonesia dapat mempergunakan jejaring sosial bersertifikat halal ini untuk bersilaturahmi dengan Muslim lainnya di dunia.

Untuk menjaga loyalitas dan kenyamanan para penggunanya, Salam World mengutamakan unsur kualitas. “Agar 1,5 miliar Muslim di dunia mau menggunakan situs jejaring sosial ini, maka Salam World tetap menjual kualitas. Tampilan tidak boleh kalah dibandingkan twitter,” kilahnya.

Kehadiran Salam World disambut baik Rektor Komaruddin Hidayat. Dalam sambutan ia mengatakan, hadirnya Salam World merupakan hal yang positif bagi umat Islam Indonesia dan dunia. Sebab selama ini jejaring sosial yang memuat pengembangan keilmuan masih sangat minim jumlahnya.

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, lanjut Komaruddin, Indonesia merupakan pasar potensial bagi sejumlah penyedia jasa jejaring sosial yang menawarkan berbagai kontern, baik pornografi, hiburan, maupun ekonomi. Kehadiran Salam World bisa menjadi oase di tengah minimnya jejaring sosial yang memuat pengembangan keilmuan.

“Perkembangan jejaring sosial patut diapresiasi, tapi juga perlu dikritisi agar konten pornografi tidak dikonsumsi anak-anak,” ungkapnya.

Komaruddin berharap, Salam Word dapat menjadi media komunikasi antar dunia Islam untuk berbagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sebab sebagian besar informasi tentang dunia Islam sudah disaring oleh dunia Barat. Informasi tersebut bahkan kadang tidak disampaikan secara objektif.

“Dengan hadirnya Salam Word diharapkan nantinya informasi antara dunia Islam bisa diterima secara langsung tanpa harus disaring lewat dunia Barat. Dengan demikian, akan ada satu kohesi gagasan yang lebih progresif,” ujarnya.

Rektor juga menjelaskan, selain dapat dijadikan sebagai media tukar-menukar kebudayaan dan keilmuan, kerja sama dengan Salam Word juga dapat dijadikan sebagai media untuk kerja sama ekonomi dan politik.

Salam World sendiri rencananya akan menampilkan berbagai hal baru di dunia jejaring sosial. Di situs ini nanti akan ada kanal budaya Islam, tempat wisata, dan sejarah. Sehingga pemilik akun tidak hanya bersosialisasi dengan sesama Muslim, tapi bisa juga menambah pengetahuan. Situs yang beralamat di www.salamworld.com itu menjamin tidak akan ada unsur pornografi dan kata-kata kasar, sehingga aman dimiliki dan dibuka oleh siapa saja.

Salam World yang berkantor pusat di Istambul, Turki, akan diluncurkan secara besar-besaran ke seluruh dunia pada pertengahan 2012 mendatang. Untuk mendekatkan diri dengan komunitas Muslim Asia Tenggara, Salam World akan menjadikan Indonesia sebagai kantor cabang untuk kawasan Asia Tenggara. Indonesia dipilih karena memiliki pengguna internet Muslim terbesar di dunia yaitu mencapai 35 juta.[]