Implementasi Pajak Sama dengan Zakat

Implementasi Pajak Sama dengan Zakat

Reporter: Lindah

Ruang Teater SPs, BERITA UIN Online - Untuk mewujudkan negara berkeadilan dan mengatasi persoalan dikotomi antara hubungan negara dan agama, salah satu caranya adalah membangun paradigma bahwa pajak adalah zakat dan zakat adalah pajak.

Penegasan tersebut disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar F Mas’udi pada acara Serial Lecture bertema “Implementasi Islam untuk Indonesia: Zakat dan Pajak” di Ruang Teater Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta, Senin (21/3). Hadir sejumlah dosen SPs serta mahasiswa Program S2 dan Program S3.

Masdar menjelaskan, dengan paradigma seperti itu, esensi membayar pajak berbanding lurus dengan membayar zakat. Artinya, jika zakat yang dibayarkan semata-mata karena Allah dan untuk kemaslahatan rakyat, maka pajak juga demikian.

“Pada dasarnya yang berhak memungut pajak adalah Allah Sang Pemberi Rizki melalui alam semesta maupun kreativitas yang dianugerahkan kepada manusia,” tandasnya.

Menurut Masdar, posisi pemerintah dalam konteks ini adalah sebagai amil (pelaksana mandat) untuk memungut dan mengelola sesuai dengan prinsip yang digariskan Allah, bukan sebagai pemilik.

Ia melanjutkan bahwa paradigma yang berkembang saat ini adalah pajak yang dibayarkan oleh rakyat sepenuhnya milik negara. Karena uang pajak diklaim penguasa sebagai miliknya, maka keseluruhan uang pajak dihabiskan hanya untuk memuaskan keperluan penguasa dan kroninya. Akibatnya rakyat tidak bisa menuntut dan mengontor untuk apa dan dikemanakan uang pajak yang telah diberikan tersebut..

“Karena pajak atau zakat adalah darah kehidupan (life blood) negara, maka niat yang benar dalam membayar pajak akan memastikan negara menjadi alat keadilan dan kemakmuran. Sebaliknya niat pajak yang salah akan menjerumuskan negara menjadi alat kedzaliman yang sangat menyengsarakan orang banyak,” katanya.

Oleh karena itu, uang pajak harus mempunyai ruh dan acuan yang jelas agar bermanfaat bagi yang lemah dan untuk kesejahteraan umat. “Islam itu kan Rahmatanlilalamin,” tegasnya.

Â