Guru, Mursyid, dan Murid

Guru, Mursyid, dan Murid

Predikat guru adalah predikat yang sangat mulia. Guru mengemban tugas yang mulia, yaitu menjadikan peserta didik sebagai orang-orang yang berkualitas di kemudian hari. Guru menjadikan peserta didik sebagai orang yang memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menjalani kehidupan mereka di masa datang yang penuh dengan tantangan dengan dimensi yang sangat kompleks. Guru tidak hanya mengajar, memberi motivasi, dan mendidik pesta didik, tetapi memberikan bimbingan kepada peserta didik ke arah kebaikan dan kemaslahatan dan menunjukkan mereka jalan yang benar dan jalan menuju kebenaran. Guru bagi saya adalah seorang mursyid, yang menghabiskan seluruh kehidupannya untuk membimbing dan mengarahkan peserta didiknya kepada kebaikan dan jalan kebaikan.

Predikat peserta juga adalah predikat yang mulia. Peserta didik mengemban tugas yang mulia, yaitu berusaha untuk mengubah dan menjadikan dirinya sebagai manusia terbaik di belakang hari. Peserta didik adalah mereka yang senantiasa menerima ilmu dari guru, yang senantiasa mencari dan menuntut ilmu. Mereka tidak pernah berhenti dan tidak pernah putus keinginannya untuk mencari dan mencari ilmu. Karena itulah, maka di dalam bahasa Arab, peserta didik itu disebut "murid", yaitu orang-orang yang selalu berkeinginan untuk mencari dan menuntut ilmu. Kata "murid" adalah bentuk kata yang menunjukkan pelaku, yang berarti seseorang yang selalu menginginkan dan berkeinginan. Kata ini berasal dari kata kerja "araada" yang berarti menginginkan.

Hubungan dan komunikasi antara guru dan peserta didik harus dilakukan secara hati ke hati, bagaikan hati guru bersatu dengan hati peserta didik, dan hati peserta didik bersatu dengan hati sang guru. Pikiran sang guru hanya tertuju kepada peserta didik, dan pikiran peserta didik hanya tertuju kepada gurunya. Yang dimaksud dengan hati guru bersatu dengan hati murid adalah bahwa guru harus mengkonsentrasikan dirinya dalam memberikan segala daya dan kemampuannya untuk membimbing para peserta didiknya denganilmu yang dimiliki guru. Hati murid bersatu dengan hati guru maksudnya ialah bahwa peserta didik harus mengkonsentrasikan hatinya dalam menerima ilmu, bimbingan, dan nasihat yang diberikan guru.

Pikiran guru bersatu dengan pikiran peserta didik adalah bahwa semua guru harus memgrahkan semua pikirannya hanya untuk memberikan ilmu kepada muridnya, membimbing mereka, mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Pikiran peserta didik bersatu dengan pikiran guru, maksudnya ialah bahwa peserta didik harus mengkonsentrasikan dirinya untuk menerima pengajaran, pendidikan, motivasi, dan nasihat yang diberikan oleh paea gurunya. Proses inilah yang telah terjadi antara para guru tasawuf dan muridnya. Demikian pula yang terjadi antara murid dan mursyid mereka.

Bersatunya hati dan pikiran guru dalam memberikan ilmu dan peserta didik dalam menerima ilmu dalam proses pendidikan dan pengajaran harus diupayakan sama dengan apa yang telah terjadi antara mursyid dan murid dalam pengajaran tarikat dan tasawuf. Prinsip ini menjadi penting dalam pengajaran tasawuf. Sebab, dengan cara ini para murid sangat berkomitmen untuk menerima dan mengamalkan ilmu yang telah diajarkan gurunya. Dan dengan cara ini pula, para murid sangat menghormati dan menghargai mursyidnya. Kalau dalam proses pembelajaran terjadi hubungan antara guru pserta didik sama dengan terjadi pada pembelajaran tasawuf, maka semua peserta didik akan berkomitmen untuk menerimu ilmu dari gurunya dengan penuh tanggung jawab dan mengamalkan semua ilmu yang diajarkan kepadanya dengan konsisten dan bertanggung jawab.

Hubungan yang sangat baik antara mursyid dan murid dalam pembelajafan tasawuf menjadikan mursyid tulus dalam memberikan ilmunya, dan ini menjadikan pula muridnya menerima ilmu itu dari hurunya dengan tulus. Ketulusan guru dalam memberikan pelajaran dapat dirasakan oleh murid, sehinga ilmu itu diterima dengan baik. Ketulusan guru itu membuat murid menerima apa saja yang diberikan guru dan mau mengamalkan apa yang telah diterimanya dari gurunya.

Semoga kita sebagai guru dapat menghasilkan murid yang berkualitas, dan semoga murid menjadi orang-orang yang berkualitas di belakang hari. Aamiin. Wallaahu a'lam bi al-shawaab.

Ahmad Thib Raya, Guru Besar Bahasa Arab dan Dekan FITK UIN Jakarta (mf)