Giggs FAH Gelar Acara Musik Anti Mainstream

Giggs FAH Gelar Acara Musik Anti Mainstream

BERITA UIN Online - Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (DEMA FAH), Departemen Pengembangan Minat Bakat gelar Giggs pada Rabu malam, (22/3/2017). Griggs, satu pagelaran musik anti mainstream. Kali ini tema yang diusung “Identik, Inspirasi dan Kreasi Musik.”

“Giggs adalah acara pementasan musik skala kecil, berbeda dengan festifal yang jumlah pesertanya banyak, dan penontonya banyak, di Giggs semua genre musik boleh masuk, tidak ada pengkotak-kotakan dalam musik,baik itu Rock, pop, akustik, dan banyak lagi, ” ujar Nauval Agil, Ketua Pelaksana acara Giggs.

Menurut Nauval, Giggs adalah pementasaan musik yang berbeda dengan festival, dan sifantya lebih umum. Inilah acara Griggs pertama di kepengurusan DEMA 2017. Dan acara Giggs akan digelar setiap bulan.

Acara yang dimulai usai Magrhib, 18:30 – 20:30 WIB dihelat di halaman parkir fakultas ini, setiap peserta diperbolehkan membawakan maksimal empat lagu dan minimal dua lagu. Tiga Lembaga Semi Otonom (LSO) musik di FAH seperti Music English Lecture (MEL) dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Jurusan Ilmu Perpustakaan (Jipers ), dan Let’s Make History (LMH) dari jurusan Sejarah Peradaban Islam, ikut meramaikan acara Giggs. Selain tiga LSO hadir pula peserta dari Dialog Semanggi dan Lembaga Seni Mahasiswa Islam (LSMI) cabang Ciputat yang ikut memeriahkan acara Griggs.

“Acara ini keren banget. Acara yang dinaungi oleh DEMA Fakultas ini, sekalipun tidak formal tapi mampu menyatukan lima jurusan. Ini pemandangan yang indah karena kita bisa kongkow-kongkow bareng,” ujar Taty sumiyati, mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam .

Kepuasan serupa juga diamini Mahesa Erlangga dari LSMI, yang tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, UIN Jakarta. Bagi Mahesa, jika Fakultas Adab dan Humaniora kembali mengadakan acara serupa, ia akan tampil kembali karena sudah menjadi panggilan hati.

“Sudah panggilan hati sih. Apalagi hubungan LSMI dan musik di Adab sudah menyatu,” ujar Mahesa.

Sambutan serupa muncul dari Fikri Dikriyansyah, salah satu personil dari Dialog Semanggi. Fikri memandang mahasiswa seharusnya tidak hanya pandai di bidang akademis, tetapi juka skill, musik misalnya.

“Mahasiswa jangan cuma pintar di ranah akademis saja, tapi harus bisa keahlian, ya musik mislanya, karena musik dapat digunakan untuk alternatif dakwah. Karena jika berdakwah kepada preman, orang jalanan, akan sulit mereka terima apabila dakwahnya menggunakan sarung, baju koko atau dadil. Mereka tidak akan paham. Tapi jika dengan musik mera akan santai menerimanya,” tukas Fikri. (Edy A Effendi, Ami Anisa)