FITK Siap Bantu Pendidikan Anak-anak TKI di Malaysia

FITK Siap Bantu Pendidikan Anak-anak TKI di Malaysia


Reporter: Lindah

Ruang Sidang FITK, BERITA UIN Online – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) akan membantu pendidikan anak-anak para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ada di Malaysia, khususnya di wilayah perkebunan kelapa sawit di Sabah. Bantuan tersebut berupa pengiriman tenaga guru melalui program Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT).

Hal itu terungkap dalam kerja sama antara Pengurus Besar Perkebunan Kelapa Sawit Federal Land Development Authority (FELDA) Plantations Malaysia dan Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI) dengan FITK di Ruang Sidang FITK, Kamis (23/6).

Dalam kerja sama tersebut pihak FELDA diwakili H. Azhar Bin Deris dan pihak YPPAI diwakili Ketua Moh Firdaus Abdullah. Sementara dari pihak FITK diwakili Dekan Prof Dr Dede Rosyada. Pertemuan yang dimoderatori Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr Muhbib Abdul Wahab juga dihadiri oleh seluruh ketua program studi yang ada di FITK dan perwakilan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiknas RI Dr. Najamuddin Ramli.

Kerja sama ketiga lembaga ini bertujuan untuk mengatasi kurangnya tenaga pengajar  bagi anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ada di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) YPPAI, Sabah, Malaysia. Kurangnya tenaga pengajar ini disebabkan karena skala perbandingan antara murid dengan guru tidak seimbang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Kesetaraan Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah anak-anak TKI di Sabah mencapai 24.199 orang.

“Anak-anak TKI di wilayah Sabah Malaysia adalah sekelompok anak bangsa yang tidak memiliki akses pendidikan yang memadai. Hal ini dikarenakan minimnya fasilitas dan terbatasnya tenaga pengajar,” ujar ketua YPPAI Moh Firdaus Abdullah.

Ia melanjutkan, pihaknya mengalami masalah tenaga pengajar, karena saat ini hanya memiliki 22 orang guru yang yang menangani 11 sekolah dengan 2.000 warga belajar yang tersebar di perkebunan sawit milik FELDA Plantations. “Oleh karena itu YPPAI memandang perlu untuk mengajak FITK memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan pendidikan anak-anak TKI di Malaysia,” tegasnya.

Senada dengan Moh Firdaus, Ketua Pengurus Besar Perkebunan Sawit FELDA H. Azhar Bin Deris menyatakan prihatin melihat kondisi anak-anak TKI yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Apalagi anak-anak tersebut berusia antara 6-16 tahun. Ia berjanji akan memberikan keamanan dan kesejahteraan para pendidik yang akan mengabdi di sana.

Dekan FITK Prof Dr Dede Rosada menyambut baik tawaran tersebut. Menurutnya, kerjasama tersebut sangat penting ditindaklanjuti. Namun, yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana strategi sosialisasi yang efektif kepada mahasiswa dan orang tua. “Kami menyadari bahwa ini adalah pekerjaan yang mulia,” tandasnya.

Dirjen Dikti Kemendiknas yang diwakili Najamuddin Ramli juga menyambut baik dan mendukung kerjasama tersebut. Ia merekomendasikan FELDA Plantations sebagai partner dalam kerjasama ini. Sebab, anak-anak TKI memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga dapat menggapai masa depan yang cerah.

Ditemui di waktu yang berbeda, Jumat (24/6), Ketua Laboratorium FITK, lembaga yang menaungi program PPKT, Yudhi Munadi MA, mengatakan, rountable discussion digelar untuk mendengarkan konsidi real di lokasi PKBM. “Pada dasarnya kondisi mereka secara status tidak diakui sebagai Warga Negara Malaysia. Tetapi, merekapun tidak merasa sebagai bangsa Indonesia karena mereka keturuan ketiga dari TKI,” kata Yudhi.

Yudhi melanjutkan, sebelum diselenggarakannya Roundtable Discussion, pihaknya telah menggelar rapat internal terlebih dulu bersama Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof Dr Moh Matsna HS, dan Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Dr Yayan Sofyan, serta para ketua prodi.

“Semoga kerjasama ini dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan kontribusi kepada para pihak,” tegasnya.

FELDA Plantations merupakan lembaga kemajuan tanah pesekutuan swasta di bidang pertanahan dan transmigrasi yang memiliki ladang-ladang kelapa sawit milik Malaysia. Luasnya dua kali lebih besar dari Singapura. Sementara YPPAI, merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan kebajikan sosial sebagai wujud keprihatinan terhadap berbagai persoalan dan masa depan anak-anak warga Indonesia yang berdomisili di Malaysia, khususnya di wilayah perkebunan Sabah.[]