Dr. Muhbib Abdul Wahhab: Bahasa Arab ‘Amiyah Perlu Diajarkan

Dr. Muhbib Abdul Wahhab: Bahasa Arab ‘Amiyah Perlu Diajarkan

Gedung FAH, BERITA UIN Online-- UIN Jakarta sebagai kampus yang bercirikan Islam tidak bisa lepas dari pembelajaran Bahasa Arab, yang menjadi media utama untuk mengkaji kandungan isi al-Qur’an dan al-Hadis secara komprehensif.

Demikian Dr Muhbib Abdul Wahab yang menjadi salah satu nara sumber pada seminar nasional dan peluncuran buku "Biografi Prof Dr Bustami Abdul Gani" di ruang teater Prof Dr Bustami Abdul Gani Lt. 4 Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Rabu, (24/4/2013).

Dalam acara yang bertajuk “Membincang Pemikiran dan Biografi Prof Dr Bustami Abdul Gani” itu, Muhbib juga mengungkapkan bahwa lulusan UIN Jakarta yang belajar di Timur Tengah sebagian besar mengalami kesulitan komunikasi verbal dengan Bahasa Arab.

“Mereka tidak siap berkomunikasi langsung dengan orang-orang Arab yang menggunakan bahasa Arab ‘Amiyah (bahasa pergaulan/komunikasi) sebagai bahasa komunikasi sehari-hari yang menjadi bagian hidup mereka sebagaimana diungkapkan oleh Tamam Hasan,” kutipnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, di samping mempelajari bahasa Arab Fusha (baku), mahasiswa juga harus diajarkan bahasa Arab‘Amiyah agar ketika belajar di al-Azhar Mesir atau perguruan tinggi di Timur Tengah lainnya, mereka mudah beradaptasi dan berbaur dalam komunitas orang-orang Arab.

“Di samping sebagai media utama untuk memahami ajaran Islam, Bahasa Arab juga berfungsi sebagai media komunikasi verbal dan sebagai objek studi untuk penelitian,” sambung dosen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) itu.

Ditegaskanya, kekhawatiran pengaruh negatif bahasa ‘Amiyah terhadap bahasa Fusha sebagaimana yang diungkapkan Prof Dr Fathurrahman Rauf yang mengutip pernyataan Prof Dr Bustami Abdul Gani, tidak akan terjadi selama eksistensi pembelajaran Bahasa Arab fusha masih kuat.

Mendukung pernyataan Muhbib, Prof Dr H Ahmad Bachmid Lc, Guru Besar Bahasa dan Sastra Arab FAH, mengatakan bahwa Bahasa Arab ‘Amiyah perlu dipelajari dan diajarkan. “Dengan catatan jangan dimasukkan ke dalam kurikulum dan hanya boleh dipelajari mahasiswa tingkat tertentu yang sudah menguasai Fusha,” terangnya.

Menurutnya akar bahasa ‘Amiyah adalah Fusha. Dia mencontohkan kata “Malesy” itu asalnya dari kata maa lahu syaiun (tidak punya apa-apa) atau kata “mafisy” yang asalnya dari kata maa fiihi syaiun (tidak ada).

Acara yang digelar dalam rangka mengenang jasa-jasa almarhum Prof Dr Bustami Abdul Gani terhadap perkembangan bahasa Arab ini dihadiri oleh puluhan peserta dari kalangan guru besar, dosen, dan sivitas akademika UIN Jakarta dan beberapa perwakilan universitas Islam se-Indonesia. (Muhammad Furqon)