Daya Saing Produk Pertanian Indonesia Kalah di Pasar Global

Daya Saing Produk Pertanian Indonesia Kalah di Pasar Global

Reporter: Hamzah Farihin

Gedung FST, UINJKT Online - Konsultan Agro Industri Dr Ir Anna Mariana MM mengatakan daya saing produk pertanian Indonesia kalah saing di pasar global, hal ini karena pemerintah Indonesia tidak mampu mengenali produknya sendiri.

“Indonesia belum mampu menghadapi kompetitor di pasar global, sehingga hal ini yang menjadi pekerjaan untuk generasi muda kedepan mengalahkan produk pesaing, agar produk pertanian Indonesia bisa di konsumsi di luar negeri,” katanya saat memberikan kuliah umum dengan tema “Daya Saing Produk Pertanian di Pasar Global” yang digelar Program Studi Agribisnis di Ruang Teater FST, Rabu (22/4). 

Produk pertanian hortikultura misalnya, mulai dari buah apel, pir anggur dan sayuran, produk tersebut banyak ditemukan di pasar Indonesia sendiri. Dan produk hortikultura luarr negeri mampu membanjiri pasar-pasar yang ada di Indonesia. Mulai dari super market sampai penjual emperan pun ada.

Sehingga pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan terkait kalahnya produk pertanian Indonesia baik di pasar lokal maupun internasional.

“Hal yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia adanya three angel yaitu koordinasi antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pihak pengusaha dan perguruan tinggi terkait di dalamnya lembaga riset,” katanya. 

Menurutnya, jika ketiga hal tersebut ada kekompakan untuk membangun Indonesia yang lebih maju lagi, maka akan mudah dan perekonomian Indonesia akan maju serta rakyat akan sejahtera, karena dapat membeli produk pertaniannya sendiri, dengan harga yang terjangkau.

Selanjutnya, Indonesia juga sampai saat ini, belum mampu melakukan bisnis hasil turunan dari produk pertanian, dalam arti Industri hilir. Indonesia hanya mampu menjadi kuli yang banyak di atur pengusaha yang bergerak di Industri hilir. Padahal hasil pertanian Indonesia melimpah ruah. 

“Yang menjadi kendalanya, Indonesia tidak mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan teknologi yang tidak memadai, sehingga saat ingin mengolah hasil turunan dari produk pertanian tidak adanya sarana dan prasarananya,” tuturnya.

 

Contoh kelapa sawit dan karet alam, Indonesia hanya mampu melakukan penanaman dan pemanenan yang selanjutnya di ekspor dalam bentuk mentah. Sehingga yang merasakan keuntungan yang berlipat-lipat hanya industri hilir.*