Dana Riset Kemenristek Dikti Naik Hampir 100 Persen

Dana Riset Kemenristek Dikti Naik Hampir 100 Persen

RISET BERITA UIN, Online -- Dana riset atau penelitian pada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) naik hampir 100 persen dari Rp800 miliar menjadi Rp1,53 triliun. "Secara nasional anggaran riset pendidikan dari Kemenristek Dikti naik....dari Rp800 miliar menjadi Rp1,53 triliun," kata Reviewer Hibah Penelitian Kemenristedik Dikti, Prof Didik Sulistyanto, usai pemaparan hasil proposal yang didanai Kemenristek Dikti di Universitas Narotama, Surabaya, Jawa Timur, Jumat, pekan kemarin. Ia mengatakan, naiknya anggaran yang difokuskan pada riset bagi dosen itu, diharapkan sebagai pemicu untuk meningkatkan kapasitas penelitian, agar bisa bersaing dengan perguruan tinggi lainnya di kancah ASEAN. "Kami menargetkan perguruan tinggi Indonesia bisa masuk dalam 500 universitas terbaik di dunia, namun saat ini posisi perguruan tinggi Indonesia masih di atas 500. Sehingga, dosen harus dipacu untuk melakukan penelitian, apalagi kita sudah dihadapkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," tutur alumnus Universitas Brawijaya, Malang tersebut. Selama ini, kendala dari dosen untuk melakukan sebuah penelitian adalah keterampilan dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah jurnal, apalagi dalam jurnal Bahasa Inggris, sehingga hal ini harus segera diatasi melalui pendampingan yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Selain keterampilan menulis lemah, publikasi ilmiah yang dilakukan oleh peneliti juga masih kurang. "Dalam setahun penelitian yang dipublikasikan di Indonesia maksimal hanya sekali, padahal jika melihat negara-negara lain, seperti Tiongkok publikasi ilmiah bisa mencapai tiga hingga empat kali dalam setahun," kata mantan Atase Pendidikan KBRI Bangkok itu. Karena itu, perguruan tinggi harus memberikan pendampingan terhadap dosen yang melakukan penelitian, terutama bagi dosen pemula agar penelitian yang dihasilkan bisa digunakan bagi masyarakat luas, baik itu berupa produk atau sistem statistik. Jumlah jurnal di Indonesia dinilai masih kurang bagi masyarakat luas karena terbukti satu jurnal digunakan untuk 410 ribu penduduk di tanah air. Sedangkan di Singapura satu jurnal paten digunakan untuk 200 orang. "Dari ribuan proposal yang diajukan ke kami, yang diterima secara internasional hanya 5 persen saja, karena proposal yang diajukan hanya sedikit serta dinilai kurang mendalam, sehingga peran perguruan tinggi sangat penting bagi keberlangsungan para peneliti," ujarnya. Jika melihat total Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dia menuturkan sekitar 3.600 perguruan tinggi. Untuk jumlah PTN sekitar 200. Sedangkan sisanya adalah PTS, sehingga peran PTS sangat diharapkan bisa memacu para dosen untuk melakukan penelitian. Sementara itu, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) Universitas Narotama, Sri Wiwoho Mudjanarko mengatakan, sekitar 27 dosen Universitas Narotama mendapatkan hibah penelitian. "Hibah Penelitian Antar Perguruan Tinggi (Pekerti) ada tiga dosen, Hibah Pemula ada 11 dosen, Hibah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebanyak 1 dosen, enam dosen untuk Hibah Bersaing dan Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) enam dosen," katanya.(Antara)