Bimtes, Apapun Motivasinya Kualitas yang Utama

Bimtes, Apapun Motivasinya Kualitas yang Utama

Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UIN Jakarta tahun akademik 2010/2011 yang kini tengah berlangsung rupanya memotivasi sejumlah mahasiswa, khususnya yang tergabung di organisasi kemahasiswaan, untuk menyelenggarakan Bimbingan Tes (Bimtes) Ujian Masuk Lokal. Apa motivasi mereka? Membantu calon mahasiswa, mencari uang tambahan, atau merekrut calon anggota organisasi?

Sejak musim PMB 2010 dimulai, bahu kiri Auditorium Harun Nasution (dulu Auditorium Utama red.) selalu tampak ramai. Teras yang sebelumnya sering menjadi jalan alternatif dari Rektorat ke Fakultas itu, kini disulap menjadi stand-stand pendaftaran Bimbingan Tes (Bimtes) yang diselenggarakan berbagai organisasi kemahasiswaan. Dari atribut yang dipasang di meja dapat dikenali identitas lembaga-lembaga itu. Ada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah  (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam  Indonesia (PMII), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Selain itu, ada juga dari organisasi mahasiswa berbasis daerah seperti Himpunan Mahasiswa Banten (HMB).

Tahun ini stand-stand pendaftaran Bimtes organisasi kemahasiswaan memang dipusatkan di satu tempat, Auditorium Harun Nasution. Kebijakan tersebut diambil agar pendaftaran Bimtes lebih tertib dan tidak mengganggu aktivitas calon mahasiswa yang ingin mendaftar ke UIN Jakarta di Gedung Akademik. Bagi para mahasiswa yang menggelar Bimtes, kebijakan itu menyulitkan mereka untuk mencari calon peserta.

“Kami jadi repot dengan pemusatan stand Bimtes di samping Auditorium, padahal tahun-tahun sebelumnya di samping Gedung Akademik, sehingga menyulitkan panitia Bimtes untuk menawarkan dan menjual buku Bimtes,” ucap Ketua Panitia Bimtes HMB Tubagus Hasan kepada UIN Online beberapa waktu lalu.

Kendati sulit, mahasiswa tak kehabisan akal. Untuk mendapatkan peserta Bimtes atau menjual buku Bimtes, beberapa panitia menggunakan strategi jemput bola. Mereka melakukan pendekatan melalui para alumni dari sekolah yang sama dengan calon pendaftar untuk untuk menginformasikan bagi yang ikut Bimtes masuk UIN. Cara lainnya adalah menyebar leafleat Bimtes ke calon mahasiswa yang mendaftar di Gedung Akademik.

“Alhamdulillah berkat strategi itu banyak calon mahasiswa yang mendaftar Bimtes, bahkan tak sedikit peserta yang berkonsultasi ingin tahu lebih jauh tentang Bimtes. Mereka kami layani dengan suka cita. Dan yang tertarik kami bawa ke stand,” kata mahasiswa yang akrab disapa Aang itu.

Selain cara di atas, masih ada cara lain menggaet peserta. Panitia cukup memperhatikan calon mahasiswa yang sedang tampak kebingungan di sekitar Gedung Akademik. Di situlah panitia masuk menawarkan Bimtes dan mengajaknya ke stand untuk bincang-bincang atau menjelaskan berbagai hal, termasuk memperkenalkan lebih jauh tentang kampus UIN Jakarta. Jika cara ini sudah dilakukan, soal mau ikut atau tidak itu tergantung masing-masing. “Kalau mereka ingin ikut Bimtes kami bersyukur sekali dapat peserta baru, tapi kalaupun tidak, ya tak masalah,” katanya.

Nah, tapi sebenarnya apa motivasi mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan menggelar Bimtes? Ditanya soal itu, Aang menjawab ingin membantu calon mahasiswa. “Motivasi kami yaitu membantu calon mahasiswa agar lulus sesuai jurusan yang diminatinya, sebagai organisasi mahasiswa Banten kami berusaha agar calon mahasiswa dari daerah Banten bisa lulus dan diterima di UIN Jakarta,” jelasnya.

HMB merupakan organisasi primordial mahasiswa asal Banten. Tahun ini HMB menyelenggarakan Bimtes dengan biaya Rp 60 ribu. Biaya tersebut mencakup biaya Bimtes serta tryout selama tiga hari, buku Bimtes, snack, dan penginapan bagi yang jauh dari rumah.

Bagaimana dengan organisasi lain? Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mengakui motivasi menyelenggarakan Bimtes tak semata membantu calon mahasiswa agar lulus masuk UIN Jakarta sesuai jurusan yang diminatinya. Melalui Bimtes IMM juga ingin memperkenalkan organisasi kemahasiswaan itu dan mengajak calon mahasiswa itu jika diterima di UIN untuk bergabung sebagai kader. Motivasi ini sudah lazim dan lumrah dilakukan tiap tahun.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2010 ini kami menargetkan mendapatkan peserta Bimtes sebanyak 400 orang, mudah-mudahan dari jumlah yang ditargetkan dapat menjadi kader IMM setengahnya. Sehingga tidak repot lagi harus menawarkan satu persatu ke mahasiswa untuk masuk IMM. Tetapi sekali lagi kami hanya menawarkan kalaupun mereka tidak mau, kami tak memaksanya,” ujar Ketua Panitia Bimtes IMM Syaiful Arif saat ditemui di Sekretariat IMM, Kamis (27/5) lalu.

Kalau motivasinya mencari kader, lantas bagaimana dengan kualitas Bimtes yang ditawarkan? “IMM akan menawarkan beberapa kelebihan dibanding yang lainnya, misalnya biaya lebih murah, fasilitas lengkap yang akan dilakukan di STIE Muhammadiyah, tutor yang berkompeten di bidangnya, mendapatkan training motivasi, gamem dan tryout-nya menggunakan per paket sesuai jurusan peserta,” tambah Syaiful.

Senada IMM, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) juga menawarkan sejumlah kelebihan Bimtesnya. “Kelebihan Bimtes yang dilakukan PMII yaitu peserta Bimtes diajak konsultasi terkait jurusan yang diminatinya agar sesuai kompetensinya, yang mana kami sudah menyediakan orang profesional dari Fakultas Psikologi  untuk membantu calon mahasiswa agar tidak salah arah, namun untuk konsultasi tersebut dikenakan biaya tapi disesuaikan dengan kocek mahasiswa,” ucap Ketua Panitia Bimtes PMII Iswahyudi saat ditemui di Sekretariat PMII, Senin (31/6) lalu.

Soal motivasi mengadakan Bimtes, PMII juga ingin memperkenalkan organisasi kepada calon mahasiswa. Tapi, PMII tak pernah memaksakan mereka harus masuk PMII. “Kami hanya hanya menawarkan, tak lebih,” tegas Iswahyudi.  Soal kualitas Bimtes, dari pengalaman tahun sebelumnya, Iswahyudi mengatakan Bimtesnya terbilang bagus. Buktinya tahun lalu peserta yang ikut Bimtes di PMII hampir 50 persen lulus sesuai jurusan yang diminatinya.

Hal serupa juga dilakukan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI). Muhammad Hanif Pasha, Ketua Panitia Bimtes HMI Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (Komfaksyahum) menamsilkan, sambil menyelam minum air. “Kami hanya ingin membantu calon mahasiwa agar lulus ujian masuk, hal itu yang diutamakan. Namun kami juga sebagai penyelenggara Bimtes tak menutup kemunginan memperkenalkan organisasi HMI kepada peserta, tapi itu harus lulus terlebih dahulu baru mengajaknya untuk menjadi kader HMI, dan peserta yang masuk Bimtes HMI pasti kami pantau terus,” ucapnya.

Dalam Bimtes tahun ini, HMI Komfakyahum, tambah dia, akan memberikan lebih banyak manfaat bagi calon mahasiswa. Dengan biaya paket sebesar Rp 65 ribu, sudah mencakup buku prediksi soal ujian seharga Rp 20 ribu, faslitas yang nyaman untuk belajar, peserta terbatas, yang maksimal 60 orang agar bisa ter-cover, seminar, game, dan bahasan prediksi soal-soal ujian yang sudah di-update dan akurat dengan waktu try out dua hari, serta tutor yang kompeten baik dari dosen maupun senior yang sudah profesional.

“Kami juga tak sekadar meluluskan peserta ujian masuk, tapi memantau apakah lulus sesuai jurusannya atau tidak, sehingga dapat memprediksikan bimbingannya. Tahun kemarin saja, hampir 80 persen bimbingan kami lulus sesuai jurusan yang diinginkan, mudah-mudahan saja kali ini bisa lulus semua,” kata mahasiswa FSH semester dua ini.

Di luar motivasi membantu dan merekrut kader baru, rupanya motif ekonomi juga tak bisa dipisahkan. Ardi misalnya, mengaku Bimtes menjadi ajang bisnis yang menjanjikan. Dengan berjualan buku prediksi soal, dalam sehari ia bisa mengantongi keuntungan yang tak sedikit. “Saya bangga mampu menjual sekitar 10-15 eksemplar per hari. Saya jadi punya uang jajan lebih dari hari-hari biasanya,” tutur Ardi.

Apapun motivasinya, Bimtes merupakan ajang tahunan yang harus mendapat perhatian serius. Motivasi tak boleh menggadaikan kualitas penyelenggaraannya. Dengan begitu calon mahasiswa tak sekadar menghabiskan uang, tapi yang lebih penting adalah memeroleh manfaat dari Bimtes yang diikutinya. Yang tak kalah penting, para panitia juga harus menjaga sikap dan memberi teladan yang baik, sebab sikap mereka akan dilihat sebagai salah satu cermin dari UIN Jakarta. [] Hamzah Farihin

 

Â