Berthold Damshauser : Bacalah Karya Sastra Indonesia

Berthold Damshauser : Bacalah Karya Sastra Indonesia

Reporter : Irma Wahyuni

Gedung FAH, UINJKT Online – Semakin maraknya karya-karya barat dalam dunia kesusastraan terkadang membuat generasi bangsa indonesia kurang menghargai dan melupakan karya-karya bangsanya sendiri. Berthold Damshauser, dosen bahasa dan sastra Indonesia Universitas Bonn, Jerman dan redaktur Orientierungen – Zeitschrift zur Kultur Asiens menggagas mahasiswa Indonesia untuk membaca karya sastra Indonesia dan lebih mencintai karya negaranya sendiri.

“Karena saya tertarik pada kebudayaan bangsa Indonesia, maka saya juga tertarik untuk mempelajari bahasa dan sastra Indonesia,” ujarnya saat ditemui UINJKT Online seusai seminar internasional dan Pembacaan Sajak karya Johann Wolgang Vongoethe yang digelar Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) di Ruang Teater Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Selasa (23/03).

Menurut Damshauser, bahasa Indonesia sudah hampir setara dengan bahasa Jerman, bahasa negaranya.  Ia sendiri sudah 30 tahun mempelajari bahasa Indonesia dan sekarang sudah lancar berbahasa Indonesia.

“Di Jerman, saya mengajarkan teori bahasa dan sastra Indonesia kepada para mahasiswa. Bukan untuk menjadikan mereka ahli bahasa, tetapi agar pandai berbahasa Indonesia,” katanya.

Kecintaannya terhadap budaya, bahasa dan sastra Indonesia membuat Damshauser tertarik untuk tinggal di Indonesia. Ia pun kemudian mengambil kuliah di jurusan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Indonesia. Menariknya, ia juga sempat mengambil studi bahasa dan sastra Jawa di universitas yang sama.

“Saya senang berada di Indonesia dan saya merasa sangat dihargai oleh Indonesia, juga oleh UIN Jakarta. Buktinya saya diundang ke kampus (UIN Jakarta) yang megah ini,” paparnya.

Ia berpesan kepada para mahasiswa di Indonesia untuk lebih banyak membaca, terutama karya-karya sastra Indonesia. “Saya berpesan kepada generasi muda Indonesia, perbanyaklah membaca, terutama membaca karya-karya sastra Indonesia. Jangan terlalu banyak bermain Facebook,” tutur Indonesianis, yang lebih suka diajak berbicara dengan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris ini.