Ali Larijani: Imam Khomeini Patut Dicontoh

Ali Larijani: Imam Khomeini Patut Dicontoh

 

Reporter: Apristia Krisna Dewi

Auditorium, BERITA UIN Online - Imam Khomeini merupakan sosok revolusioner dalam sejarah bangsa Iran. Beliau yang pertama kali menggagas Republik Islam Iran setelah berhasil menumbangkan rezim Reza Shah Pahlevi pada tahun 1979. Tak hanya itu, Imam Khomeini dianggap paling berjasa berkat pemikiran dan perjuangannya yang membawa umat Islam pada kebangkitan.

Hal itu diungkapkan Ketua Parlemen Republik Islam Iran, Ali Larijani, pada kuliah umum bertajuk "Imam Khomeini and The Islamic Revival" yang diselenggarakan Fakultas Ushuluddin bekerja sama dengan Iranian Corner UIN Jakarta dan Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Auditorium Prof Dr Harun Nasution, Kamis (9/6). Kuliah umum tersebut diselenggarakan untuk memperingati 22 tahun wafatnya Imam Khomeini (2 Juni 1989).

Ali Larijani yang berpidato dalam bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengatakan, sosok Imam Khomeini sangat berjasa dalam kebangkitan umat Islam. Dalam menghadapi musuh, Khomeini berupaya untuk menyatukan dan memperkokoh hubungan antar kaum muslim sehingga musuh dapat dicegah. Hal itu terbukti dengan negara seperti Amerika Serikat dan Israel yang berambisi untuk menguasai Iran tidak mampu menerobosnya dan tidak sanggup melawan kekuatan rakyat muslim Iran.

“Karena upaya Khomeini untuk mencegah musuh asing tersebut berhasil menumbangkan Reza Pahlevi dan kemudian sukses memimpin Republik Islam Iran meraih kebangkitan hingga akhir hayatnya,” ungkap Ali.

Menurut Ali, upaya seperti Imam Khomeini tersebut patut dicontoh oleh umat Islam di bumi dalam menghadapi musuh asing.

Ali juga menyebutkan ada lima langkah yang harus dihadapi oleh umat muslim untuk mencegah musush asing seperti AS dan Israel. Pertama, meningkatkan pengetahuan tentang Islam. Kedua, Islam tidak boleh dibatasi dalam ranah pribadi. Termasuk keinginan rakyat Timur Tengah yang menuntut revolusi di negaranya. Sebab menurut Ali setiap manusia memiliki hak kebebasan untuk menentukan sendiri nasibnya.

“Jangan sampai Amerika dan negara lainnya mengira dapat mengalahkan gerakan masyarakat dengan cara-cara yang mereka lancarkan,” pesan Ali.

Kemudian ketiga, umat Islam harus memperdalam wawasannya tentang teori politik Islam. Ali berpendapat suatu sistem politik yang baik itu bukan karena sistem demokrasi. Sebab, demokrasi yang merupakan doktrin barat bukanlah suatu arah. Melainkan sebuah cara.

“Demokrasi bukanlah arah tetapi cara terbukti dalam penerapannya masih gagal membuat situasi menjadi damai. Politik yang baik adalah bagaimana seluruh beragama hidup berdampingan secara damai,” ujar Ali.

Langkah keempat adalah umat Islam menguasai teknologi canggih yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Contohnya teknologi nuklir yang dimiliki Iran yang dimanfaatkan untuk pengetahuan dan pertahanan diri.

“Untuk teknologi nuklir yang dimiliki Iran bukan berfungsi sebagai penyerang tetapi sebagai pertahanan diri. Dunia termasuk AS salah anggapan akan itu,” ungkap Ali

Dan langkah terakhir yakni memperkuat sistem ekonomi dan pertahanan melalui jihad. Jihad yang dimaksud menurutnya bukan konsep berbasis teroris seperti yang dipersepsi dunia Barat, termasuk AS. Tetapi jihad untuk membela agama dan negara seperti yang dilakukan oleh kelompok Hamas dan Hizbullah.

“Negara-negara Islam harus memperkuat diri dalam segala hal, termasuk ekonomi dan pertahanan untuk melawan AS, Israel maupun pihak lain yang ingin menghancurkan nilai-nilai Islam,” imbaunya.